Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Ternyata! Ksatriya Lando di Lokapala Terinspirasi dari Suku Bajo

lando lokapala

Masyarakat Bajo sedang hangat diperbincangkan karena penggambaran budaya mereka yang dihadirkan melalui film Hollywood karya James Cameron. Penulis dan sutradara ini menjelaskan bahwa masyarakat Bajo menjadi salah satu inspirasi dalam konsep suku Metkayina di dalam film terbarunya, Avatar: Way of Water. Namun ternyata, suku Bajo tidak hanya tergambarkan dalam media populer seperti Avatar. Di tahun 2021, Lokapala game MOBA garapan Anantarupa Studios ternyata sudah pernah menampilkan masyarakat Bajo dalam salah satu Ksatriya mereka yang bernama Lando.

“Sebagai negara biodiversity kedua di dunia, Indonesia punya tanggung jawab dalam menjaga ekosistem dan biota laut dunia, khususnya terumbu karang. Tercatat ada lebih dari 500 jenis terumbu karang di segitiga koral yang kini sepertiga kondisinya sangat memprihatinkan. Kami berharap kedepannya generasi muda Indonesia lebih sadar dan peduli terkait isu lingkungan laut Nusantara,” kata Ninoi Kiling, IP & Development Lead Anantarupa Studios.

Sebagai masyarakat bahari, gaya hidup dan budaya masyarakat Bajo tidak dapat dipisahkan dengan laut. Malah, keseganan masyarakat Bajo terhadap laut sangat terlihat bahkan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Contohnya, mereka menggunakan peralatan sederhana untuk menangkap ikan dan memiliki pantangan untuk membuang sampah rumah mereka di laut. Mereka percaya bahwa melanggar kedua hal ini akan berakibat datangnya bencana laut, seperti rusaknya kelestarian dan ekosistem laut, terutama terumbu karang. Nilai-nilai kearifan masyarakat Bajo inilah yang ingin disampaikan dalam Ksatriya Lando di Lokapala.

James Cameron

Masyarakat Bajo pada awalnya adalah masyarakat bahari dengan kisah dan asal usul yang menarik. Tercatat suku Bajo tersebar di berbagai tempat di kawasan Asia Pasifik, mulai dari Indonesia, Filipina, Taiwan bahkan hingga kawasan Tiongkok. Namun, keberadaan masyarakat Bajo sudah tercatat dalam sejarah sejak zaman kerajaan Sriwijaya. Menurut sejarah, masyarakat Bajo memiliki kontribusi yang besar dalam menjaga wilayah laut Nusantara yang menjadi jalur perdagangan dunia.

Hal menarik lainnya adalah kondisi fisiologis suku Bajo yang berbeda dengan manusia lainnya. Riset menunjukkan bahwa DNA suku Bajo mengalami adaptasi genetik, seperti ukuran limpa mereka yang 50% lebih besar dari populasi umumnya. Limpa berfungsi untuk menyimpan cadangan darah, sehingga semakin banyak darah merah yang dapat ditampung, artinya semakin banyak juga oksigen yang tersimpan. Inilah yang membuat mereka mampu menyelam di kedalaman hingga 70 meter dengan kurun waktu lebih dari 10 menit.