Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Luthfi Suryanda Atmojo: Wibu Kebon Jeruk, Penyiar Radio dan Pengamat Musik

Luthfi Atmojo
Luthfi

Warga Kelurahan Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Selatan ini adalah seorang penyiar di Zora Radio Bandung. Dalam siarannya, mahasiswa jurusan Sastra Jepang Universitas Padjajaran ini memandu acara Zora Japan Beat, program musik Jejepangan, yang disiarkan setiap Sabtu sore.

Nama lengkapnya adalah Luthfi Suryanda Atmojo. Ia juga adalah salah satu dari jutaan Wibu yang terdaftar sebagai warga negara Indonesia. Meski menurut pendapat teman-temannya, pria yang akrab disapa Luthfi ini suka denial jika disebut Wibu. Lahir di Jakarta pada 10 Maret 1995, Luthfi adalah penyuka banyak genre musik, antara lain Alternative Rock, Indie Rock, Pop, J-Pop, Electronic, Dance-Punk, dan Garage Rock.

Selain musik, Luthfi juga suka nonton anime yang mana anime favoritnya, yaitu FLCL, Neon Genesis Evangelion, Eureka Seven, Vividred Operation, dan Kill La Kill. Sedangkan untuk karakter anime favorit, pria yang kadang-kadang tampil brewokan ini menjawab Isshiki Akane (Vividred Operation), Shimakaze (Kantai Collection), Rin Hoshizora (Love Live), Eureka (Eureka Seven), dan Huang Lingyin (Infinite Stratos).

Nge-fans dengan Luthfi dan ingin tahu lebih jauh tentang awal karirnya di industri musik dan dunia Wibu? Anda harus menyimak wawancara eksklusif saya dengan Luthfi di bawah ini.

Ceritain dong awal mula Anda terjerumus ke dalam karir di industri musik?

Awal mulanya dari tahun 2008. Waktu itu masih iseng-iseng jadi kontributor di Creativedisc.com. Waktu itu saya masih umur 13 tahun dan nulis album Keane - Perfect Symmetry. Terus waktu berselang pas 2010, saya dapet liputan konser pertama kali, yakni nonton Vampire Weekend. Dari situlah kemudian saya kenal banyak orang, mulai dari promotor, orang label musik, penyedia konten dan lain sebagainya. Terus saya juga menjadi penyiar di Zora Radio dan mengurusi program musik Jepang satu-satunya di Indonesia dengan durasi 3 jam. Nama programnya adalah "Zora Japan Beat". Setelah dari situ saya makin banyak koneksi karena saya semakin sering berjumpa pihak label musik dan promotor acara untuk mempromosikan konten mereka di program saya.

Menurut Anda, mana yang lebih asyik: jadi penulis berita/review musik atau penyiar radio?

Both of them are fun. Keduanya memiliki tantangan sendiri dan kebetulan dua profesi tersebut nyambung satu sama lain. Pada dasarnya penyiar harus tahu apa yang lagi populer dan jadi bahan perbincangan di masyarakat dan pada kalangan pecinta anime (atau Wibu) sehingga pekerjaan saat menjadi penulis berita/review musik sangat menolong saya untuk mencari bahan untuk siaran program saya di radio.

Berdasarkan pengamatan Anda, apa sih hal menarik yang pernah Anda temukan di industri musik?

Banyak banget. Kalau diceritakan semua, ada kali dua page artikel ini, tetapi yang paling menarik menurut saya adalah tentang industri musik Jepang karena saya memang sedang fokus untuk mencoba membuka pasar musik Jepang di Indonesia. Hal yang paling menarik buat saya adalah sebenarnya orang sini (baca: Indonesia) itu kebanyakan demen sama musik Jepang tapi sayangnya orang Jepang sendiri tidak tahu seberapa besar euforia orang sini dengan musik mereka. Contoh paling gampang adalah Love Live sama Idolm@ster yang fans-nya banyak tapi info official mereka di sini sedikit. Sebenarnya hal menariknya sedikit ironis sih, haha.

Prestasi apa telah Anda raih di industri musik atau yang Anda anggap sebagai prestasi? Apa target prestasi Anda untuk masa depan (dalam bidang apapun)?

Saya sendiri sudah bolak balik mewawancarai artis mulai dari DJ Soda sampai Incognito, lalu juga sering keluar masuk event prestis mulai dari AFAID, DWP sampai WTF. Program radio saya jadi acuan juga untuk para pendengar musik Jejepangan di Indonesia, blog saya (Re:Psycho) sudah mencapai 25 ribu pembaca pada enam bulan pertama dan saya akan berangkat ke Jepang pada Oktober nanti atas undangan dari Asosiasi Industri Rekaman Jepang (RIAJ) untuk mengikuti Tokyo International Music Market 2016 yang mana semua bos besar musik dan bos besar anime akan berkumpul di sana. Doakan saya membawa hasil dari sana ya.

Untuk target, saya harus bisa melebihi Danny Choo dan Panji Pragiwaksono di usia 25 tahun.

Kenapa Anda suka banget dengan Evangelion? Seberapa besar pengaruh Evangelion dalam menginspirasi hidup Anda?

Evangelion bisa dikatakan sebagai serial yang mampu merubah hidup dan cara pandang saya terhadap anime. FYI, pada masa SMP, saya paling benci sama anime bahkan saya sampai menghina teman yang bawa foto cosplay. Tapi pas nonton Evangelion, saya langsung mikir "Kok ada ya anime yang deep sama berkesan kaya gini?" Nah, setelah nonton Evangelion itulah saya langsung mencari teman-teman yang suka dengan serial ini sambil menonton serial anime yang lain. Semakin banyak teman, saya pun mendapat rekomendasi anime yang lebih banyak lagi dan selera saya akan anime semakin terasah yang mana waktu itu ponsel yang paling hits adalah Blackberry 9380 loh, haha. Intinya, Evangelion dapat membuka mata saya akan kultur Jepang dan pengalaman networking pertama saya.

Apa pendapat Anda mengenai Wibu yang suka gonta-ganti Waifu di setiap musim anime baru?

Kalau saya ada namanya waifu primer, waifu sekunder sama waifu tersier. Kalau waifu primer itu karakter yang memang saya paling suka, waifu sekunder itu saya juga suka tapi tidak sesuka yang primer. Nah, waifu musiman buat saya jatuhnya waifu tersier ya, cuman enak buat dilihat di season itu saja, sedangkan pada season berikutnya bakal ganti lagi.

Seberapa besar peran Isshiki Akane dalam mendukung karir Anda di industri musik?

Waduh, ini susah untuk didefinisikan. Kalau tidak ada Akane, tidak ada penyemangat buat melakukan sesuatu-lah haha.

Posting Komentar untuk "Luthfi Suryanda Atmojo: Wibu Kebon Jeruk, Penyiar Radio dan Pengamat Musik"