Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Review ASUS Zenfone 3 Z017DB, Tetap Layak di Tahun 2020

ASUS Zenfone 3

Mampu bersaing dengan smartphone Android terkini dengan selling point "fotografi", namun dengan harga yang sudah lebih murah.

Untuk membuat ulasan tentang ASUS Zenfone 3 Z017DB (model terbaru dari versi global, ZE520KL), saya menghabiskan waktu sekitar sebulan (update artikel, setelah hampir 4 tahun penggunaan) untuk memastikan ketangguhannya sehingga info yang saya berikan kepada kamu mengenai ponsel yang dilengkapi layar Full HD (1080×1920 piksel) IPS berukuran 5,2 inci ini bisa lebih akurat.

Dikarenakan ponsel pintar berbasis Android 6.0 Marshmallow (bisa upgrade sampai Android 7.0 Nougat) ini punya slogan "Built for Photography", maka saya akan fokus membahas tentang pengalaman dalam menggunakan ponsel dengan kamera utama 16 MP ini.

Kebetulan, seminggu setelah mendapatkan ZenFone 3 ini, saya berkesempatan untuk pergi ke Jepang untuk meliput event gaming bertajuk Tokyo Game Show (TGS) 2016. Di sanalah saya merasakan sendiri kehandalan dari ponsel yang dibekali prosesor Qualcomm Snapdragon 625 yang dipadu RAM sebesar 3GB ini, karena mayoritas foto yang saya ambil di acara tersebut, ya menggunakan Zenfone 3, kemudian sebagian lagi menggunakan Zenfone Max dan sisanya dengan kamera DSLR.

Semua foto di artikel ini diambil menggunakan Zenfone 3, baik dengan kamera utama (KU) maupun kamera depan (KD).

KU: Booth SEGA di TGS 2016

Bisa dibilang, pencahayaan di venue TGS agak redup, meski ada beberapa booth yang terang. Namun mayoritasnya redup. Nah, di sanalah slogan Zenfone 3, "Built for Photography" diuji. Alasannya adalah karena kebanyakan kamera ponsel/digital, sebagus apapun kualitasnya, ketika mengambil gambar pada lingkungan dengan pencahayaan rendah, hasilnya akan jelek. Alias kualitas gambarnya akan turun drastis dibandingkan dengan gambar yang diambil pada pencahayaan terang.

Kekurangan dari mayoritas kamera ponsel tersebut tidak terjadi saat saya mengambil gambar menggunakan Zenfone 3. Saya pun sempat memamerkan kualitas gambar yang berhasil diambil menggunakan Zenfone 3 krpada teman saya yang menggunakan DSLR, Canon EOS 700 dengan lensa standar. Teman saya cukup kagum dengan ketajaman gambar dari hape ini. Yah, namun ada momen hasil foto dari ponsel ini tetap blur ketika tangan agak goyang atau cahaya benar-benar gelap atau backlight dari lampu-lampu terang di booth perusahaan game ternama.

KU: Valkyria: Azure Revolution

Fokus kamera ZenFone 3 juga cepat dan akurat. Jadi saya bisa mengambil gambar dengan fokus yang berubah-ubah dengan cepat. Zenfone 3 dilengkapi dengan fitur fokus laser Sony IMX298, jadi memungkinkan hal itu terjadi. Dual LED flash juga tersedia bagi kamu yang menginginkan cahaya tambahan dalam mengambil gambar pada situasi kekurangan pencahayaan.

KU: Chun-Li, Kotobukiya, Akibahara

Kekurangan kamera yang saya temukan di Zenfone 3, ketika cahaya redup atau berlatar belakang hitam, proses fokusnya berlangsung agak lama (kadang salah fokus) sehingga kamu perlu menunggu lebih lama untuk pengambilan gambar atau bahkan ambil gambar ulang. Kalau terburu-buru mengubah fokus, hasil gambar jadi kurang tajam atau bahkan salah fokus. Itu saja sih, selebihnya saya menilai kualitas kamera Zenfone 3 sangat memuaskan.

Selain mengambil foto-foto acara, saya juga menyempatkan diri untuk live-streaming dengan Zenfone 3 melalui Favebook Live. Oh ya, ponsel ini sudah mendukung sambungan internet 4G LTE sehingga proses live-streaming pun lancar jaya. Saya online menggunakan Wifi portable (4G) yang disewa dari Bandara International Haneda, Jepang. Kualitas rekaman dari kameran depan berkekuatan 8 MP juga bagus. Saya sempat merekam video dengan kamera depan Zenfone 3 ketika traveling ke Akihabara, Jepang.

KD: Yodabashi Akiba

KU: Bangunan di Akihabara

Sampel video-nya di bawah ini.

KD: Keliling Akihabara

Video di atas saya resize menggunakan Movie Maker menjadi ukuran maksimal 480 piksel agar lebih cepat ketika diunggah ke YouTube. Maklum, kecepatan koneksi internet yang saya gunakan di rumah tergolong lambat sehingga kalau kualitas videonya terlalu tinggi, nunggu upload-nya lama.

Kamera di Zenfone 3 ini juga telah dilengkapi dengan banyak pilihan mode yang membuat hasil foto jadi lebih optimal. Saya paling suka dengan mode manual, karena memungkinkan saya untuk mengoperasikan Zenfone 3 layaknya DSLR dan lebih mudah untuk menciptakan efek bokeh. Selain itu, melalui mode manual, saya bisa mengatur shutter speed hingga 32 detik.

Manual mode

Mengenai body, sebenarnya enak sih, nyaman digenggam. Layar ponsel berteknologi 2.5D Corning Gorilla Glass 3 juga halus dan licin, nyaman banget saat disentuh serta tidak mudah kotor atau meninggalkan sidik jari secara berlebihan. Namun bersamaan dengan itu, body bagian belakang berlapis kaca yang licin membuat saya was-was ketika menaruh ponsel ini di kantong celana, karena rasanya ponsel ini selalu mau nyelip keluar. Jadi khawatir jatuh. Walhasil, saya perlu menambahkan kofer plastik untuk mengurasi kelicinan dari body ponsel, sekaligus melindunginya dari benturan.

Saya pernah secara tidak sengaja menjatuhkan ponsel dengan internal storage sebesar 32 GB (bisa diperbesar dengan micro-SD hingga 256 GB) ini dari meja kerja ke lantai, syukur alhamdulillah, layarnya tidak pecah ataupun terjadi cacat pada body ponsel yang terbuat dari logam. Namun, jangan coba ini di rumah ya.

Perangkat yang membedakan ponsel ini dengan ponsel Android pada umumnya ialah Zenfone 3 menggunaan USB 2.0 Type-C (kalau sekarang sudah banyak ponsel flagship yang menggunakan USB jenis ini) untuk charging (pengisian baterai) dan transfer data via kabel. Keunggulan USB tipe ini membuat pengguna bisa nyolokin USB ke ponsel dengan mudah tanpa harus mengetahui posisi atas atau bawah socket karena bentuknya yang simetris, selain itu juga kecepatan transfer data jauh lebih tinggi daripada USB Type-A.

Menurut saya, ketahanan baterai lithium-polymer dari ponsel ini cukup lumayan. Berkapasitas 2650 mAh dan tidak bisa dilepas, berbanding lurus dengan performa yang dihasilkan, Z017DB bisa bertahan selama lebih kurang 8-12 jam pada penggunaan normal, antara lain tersambung ke jaringan Wifi dan 3G (saya belum beralih ke kartu-SIM 4G), ambil foto, browsing, live-streaming dan sesekali main game. Untuk ketahanan main game secara hardcore atau non-stop, baterai ZenFone 3 mampu bertahan hingga 4 jam.

ZenFone 3 dilengkapi fitur hybreed SIM card tray yang unik, yaitu slot 1 untuk micro SIM card, dan slot 2 untuk nano-SIM card atau slot 2 dipasang micro-SD untuk meningkatkan kapasitas storage. Harus pilih salah satu, mau dual SIM atau single SIM tapi dengan micro-SD.

Kalau ingin menggunakan ponsel ini secara lebih intens, saya sarankan kamu membawa power bank. Kalau kamu yang gemar dengan brand ASUS, gunakanlah ZenPower.

***

Well, demikianlah sedikit review saya tentang ASUS ZenFone 3 Z017DB. Sebenarnya artikel ini pertama kali saya terbitkan sejak 9 Oktober 2016, namun karena saya merasa bahwa hape ini masih layak untuk tahun 2020 maka saya angkat lagi ulasannya, dengan sedikit tambahan yang membuat keterangannya lebih lengkap.

Perlu diketahui juga, kinerjanya setiap tahun pasti menurut, khususnya pada daya tahan baterai yang semakin cepat habis. Entah itu karena kualitas elemen baterainya yang menurun atau beragam update aplikasi serta sistem operasinya yang semakin membutuhkan kinerja yang lebih tinggi. Kalau untuk penggunaan media sosial seperti WhatsApp, Facebook, Instagram, YouTube dan sejenisnya, kinerja ZenFone 3 ini saya rasa masih lebih dari cukup.

Posting Komentar untuk "Review ASUS Zenfone 3 Z017DB, Tetap Layak di Tahun 2020"