Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Diskusi Panel Sukses Jadikan Acara Jejepangan Ini Bukan untuk Wibu Biasa


Acara jejepangan di Indonesia telah memasuki milestone baru. Berbagai drama dan pengalaman baru telah terjadi Pada acara Road to KAORI Expo (RTKX) yang telah digelar pada Sabtu dan Minggu (6-7 Agustus) di Blok M Plaza, Jakarta Selatan.

Salah satu hal penting yang diselenggarakan di RTKX adalah diskusi panel yang dipersembahkan oleh fans yang dihelat dalam enam sesi selama dua hari. Diskusi ini memiliki format berbeda dari talkshow dan focus group discussion pada umumnya yang mana pada RTKX ini narasumber bebas membawakan materi yang menurutnya menarik dan mendiskusikannya dengan peserta yang hadir.

Panel yang menarik perhatian adalah panel bertemakan fandom. Ada tiga panel fandom yang suguhkan di RTKX, yaitu seputar fighting games (oleh Ihsan Fathurrahman bersama tim Fighting Game Enthusiast Bandung), tentang Vocaloid (oleh Adid Khairuzzaman), dan mengenai pengantar dunia Macross (oleh Caesar Esaputra). Pada panel tersebut, antusiasme pengunjung sangat meriah. Misalnya saja dalam panel Macross, panelis bahkan mengajak pengunjung untuk menyanyikan lagu dari seri Macross 1.

FGEB

Selain tentang fandom, panel lain yang menarik perhatian adalah panel dengan tema umum. Pada panel pertama mengenai akulturasi komik Indonesia dan Jepang (oleh M. Abdul Karim), pengunjung menanyakan dengan serius bagaimana timeline komik Indonesia pada tahun 1980-an dan menanyakan mengapa generasi muda saat ini tidak mau membaca komik Indonesia zaman dahulu. Panel lain pada hari pertama mengenai dinamika fandom (oleh Julfikri Ahmad Mursyid) yang menghadirkan perdebatan mengenai apakah negara perlu mengontrol dan meregulasi dinamika di media sosial. Sedangkan pada panel terakhir membahas tentang kiat menjadi wibu cerdas (oleh Ignatius Aditya), panelis dan pengunjung saling berdiskusi mengenai trik wirausaha yang menguntungkan dan mengembangkan potensi bisnis dari hobi, minat dan kewibuan yang ditekuni.

Ignatius Aditya

Pengunjung menanggapi antusias panel ini. Aji, salah satu pengunjung hari kedua mengapresiasi usaha RTKX. Menurutnya, panel yang baru kali pertama digelar ini berhasil menjaring minat masyarakat untuk masuk ke dunia fandom dan menciptakan interaksi yang alami. Rizki, peneliti dan dosen di LBI UI, menyatakan bahwa langkah RTKX mampu menurunkan pembatas bagi peneliti budaya untuk masuk ke dalam dunia komunitas.

"Kendala utama dalam penelitian budaya adalah aksesibilitas, idealnya setiap peneliti bisa menjadikan subjek penelitiannya sebagai mitra. Mungkin tidak masalah bagi yang sehari-hari ada di dunia fandom, tapi jadi kendala ketika ada orang dari luar lingkaran fandom yang ingin meneliti, dari mana mereka harus memulai. Acara ini membuka jalan," tuturnya.

Kevin Wilyan, wakil ketua panitia RTKX dan Direktur Utama KAORI Nusantara memaparkan tantangan utama dalam penyelenggaraan diskusi panel. Ia menyebut tantangan paling besar adalah menemukan konsep yang pas untuk mengemas diskusi panel di lingkungan Indonesia.

"Acara Comic Con di Amerika memang menyediakan ruang khusus untuk panel. Nah, masalahnya, di Indonesia belum ada budaya seperti itu. Mungkin kalau panelisnya saya atau artis medsos, yang datang akan banyak. Tapi kalau peneliti yang mau menyampaikan hasil penelitiannya lantas kita sediakan ruang tertutup, mungkin kalau acaranya di LIPI para akademisi akan datang berbondong-bondong, tapi kalau acara pop culture, siapa yang datang."

Hal lain yang menjadi perhatian adalah bagaimana diskusi panel dihelat. Ia menegaskan karena budaya panel belum terbentuk, setiap panel harus dibantu oleh satu atau dua MC. Di Amerika, panitia hanya menyediakan tempat dan slot waktu, sedangkan kendali panggung berada sepenuhnya di tangan sang panelis. Hanya saja, bila panelis tidak terbiasa menghadapi banyak orang dan ditambah faktor pengunjung yang cenderung pasif, dikhawatirkan sang panelis bisa "mati gaya" di depan panggung.

Kevin (kiri), Halimun (kanan)

Terlepas dari kendala-kendala yang terjadi, Halimun Muhammad, General Manager The Indonesian Anime Times sekaligus penanggung jawab panel menilai penyelenggaraan panel secara umum berjalan dengan baik.

"Saya sungguh merasa senang melihat bagaimana fans bisa datang berkumpul dan berbagi ilmu dan pikiran mengenai beragam topik yang diminatinya. Dengan memfasilitasi fans untuk menghadirkan materinya masing-masing, tentu lebih memperluas diskusi yang dapat dibangun, dibandingkan apa yang bisa disampaikan dari satu orang atau satu institusi saja."

Posting Komentar untuk "Diskusi Panel Sukses Jadikan Acara Jejepangan Ini Bukan untuk Wibu Biasa"