Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Ketakutan Orangtua Terhadap Bahaya Video Game, Fakta, dan Solusinya

kuda kudaan

Ketika menemukan anak bermain video game, biasanya orang tua akan memikirkan bahaya yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan tersebut. Apakah nantinya game akan memengaruhi perilakunya? Menyebabkan mimpi buruk? Sebuah ketakutan yang tidak bisa dihilangkan? Dan, bagaimana jika anak jadi kecanduan?

Faktanya, penelitian yang dilakukan oleh Kaspersky pada Mei 2020 menunjukkan bahwa empat dari 10 orangtua di Asia Tenggara percaya bahwa anak-anak mereka menjadi "lebih agresif dari biasanya" setelah mengenal video game.

Atas dasar survey berjudul "More Connected Than Ever Before: How We Build Our Digital Comfort Zones" yang diambil dari 760 responden pada wilayah Asia Tenggara, dikarenakan situasi pandemi COVID-19, maka anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu secara online. Sebanyak 63 persen orangtua yang disurvei setuju, sementara hanya 20 persen yang membantah pengamatan ini.

"Orangtua saat ini membesarkan anak-anak yang merupakan digital natives, mereka yang terlahir dengan perangkat digital, dan internet. Kesenjangan generasi tersebut sering menyebabkan miskomunikasi dan skenario ini umum terjadi ketika seorang anak mengetahui lebih banyak tren dan trik online daripada sang ibu atau ayah. Masa penguncian (lockdown) yang terjadi menyoroti hal ini dengan meningkatnya ketergantungan pada internet dan bagaimana orangtua sekarang perlu mengatur waktu bekerja sekaligus parenting pada saat yang sama di dalam rumah mereka," ungkap Stephan Neumeier, Managing Director Kaspersky Asia Pasific.

Laporan Kaspersky tersebut adalah penelitian ilmiah tentang bagaimana seseorang memandang zona kenyamanan digital dan kondisi pandemi yang telah memengaruhinya. Penelitian dilakukan oleh lembaga Sapio di Argentina, Australia, Brasil, Chili, Kolombia, DACH, Prancis, Italia, Meksiko, Peru, Filipina, Arab Saudi, Singapura, Spanyol, Thailand, Turki, UEA, Inggris, dan Amerika Serikat dengan total sebanyak10.081 responsen.

"Meskipun dapat dimengerti jika orangtua memiliki kekhawatiran tentang kebiasaan online anak-anak mereka, ketakutan orangtua terkait video game terkadang cukup objektif dan terkadang juga sedikit berlebihan. Terdapat beberapa bahaya yang tidak dapat disangkal, tetapi sejumlah penelitian juga menemukan bagaimana bermain game online dapat bermanfaat bagi anak-anak. Pada dasarnya, semuanya akan memiliki manfaat asalkan moderasi dan bimbingan tetap diterapkan," tambahnya.

Di bawah ini adalah kemungkinan potensi bahaya video game pada anak beserta solusinya sebagai referensi bagi para ibu dan ayah.

Anak Merasa Terasing karena Dilarang Main Video Game


Para orangtua yang sangat takut dengan video game, pasti berfikir tentang larangan bermain game secara total dalam keluarga. Namun, kekhawatiran tersebut sering dihentikan oleh ketakutan bahwa ini dapat mengarah pada fakta bahwa sang anak nantinya menjadi terkucilkan di sekolah karena semua orang bermain game, sedangkan ia tidak.

Seorang anak yang melihat teman-temannya bermain video game, sedikit banyak mungkin akan merasa seperti diperlakukan tidak adil oleh orangtuanya. Selain itu, video game merupakan sebuah seni baru yang tidak hanya menarik bagi anak, tetapi juga bisa bermanfaat, terutama jika orangtua dapat mengarahkan dengan baik.

Pelarangan secara total bukanlah pilihan yang bijaksana. Membatasi agar tidak berlebihan tentu saja boleh. Orangtua tidak boleh melarang aktivitas anak dalam video game, tetapi haruslah secara efektif melakukan pengontrolan, baik itu secara langsung, menggunakan software khusus seperti Kaspersky Safe Kids atau pengaturan perangkat, dan pastikan untuk berkomunikasi dengan anak dalam menjelaskan aturannya.

Merusak Mata dan Postur Tubuh


Banyak orangtua yang khawatir jika anak kebanyakan bermain viedo game, maka penglihatannya akan rusak. Kemudian, terlalu lama duduk di depan komputer, Hp atau perangkat konsol berpotensi untuk memberikan dampak negatif pada postur tubuh anak.

Haruskah khawatir? Tentu saja, apalagi jika anak memiliki kecenderungan. Masalah penglihatan yang sudah ada menjadi alasan untuk mengatur pola bermain dengan lebih hati-hati. Sedangkan, posisi duduk yang kurang tepat juga bisa berpengaruh buruk terhadap postur tubuh anak, apabila tidak diiringi dengan olahraga secara rutin.

Solusinya, duduklah pada kursi yang nyaman dengan posisi benar. Posisikan monitor dengan jarak yang ideal untuk meringankan masalah penglihatan. Batasi juga waktu bermain agar mata tidak kelelahan. Produsen layar modern berusaha menemukan solusi untuk meminimalkan kerusakan yang disebabkan oleh monitor terhadap mata manusia.

Jika memiliki kelebihan dana, lakukanlah pemeriksaan mata secara rutin dengan dokter.

Terkena Virus Komputer


Sebagian orangtua khawatir akan malware yang mungkin tidak sengaja terpasang di komputer ketika anak (khususnya yang sudah mencapai usia remaja) menginstal program yang dianggap game, tetapi sebenarnya bukan.

Hal ini pastinya mengkhawatirkan karena bagaimanapun, keinginan anak remaja untuk memainkan berbagai jenis video game terbaru dapat mengarah pada pengunduhan versi bajakan.

Riset terbaru dari Kaspersky mengungkap bahwa aktivitas hacker yang memanfaatkan tema video game sebagai umpan telah meningkat secara drastis sejak pandemi COVID-19. Di saat yang sama, aktor ancaman yang menggunakan tema video game dalam serangannya tidak menggunakan metode teknis yang canggih, mereka hanya mengandalkan kecerobohan dan ketidaktahuan dari pengguna.

Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan tersebut maka jelaskan kepada anak mengenai malware, potensi untuk mengunduhnya serta bahayanya. Selain itu, bicarakan juga tentang sisi negatif pembajakan.

Gunakan anti-virus sebagai perlindungan apabila anak-anak pada akhirnya tidak sengaja menginstal malware dengan kedok video game atau dalam banyak situasi lainnya.

Agresif karena Bermain Video Game yang Menampilkan Kekerasan


Para orang tua yang kurang memahami video game biasanya menganggap bahwa anak-anak menjadi agresif dari game yang mengandung konten kekerasa sehingga menyerah pada kepanikan dan melarang anak-anaknya untuk bermain video game.

Faktanya, perilaku agresif seorang anak tidak cuma didorong oleh video game yang mereka mainkan, tetapi oleh beragam faktor lain.

Misalkan, apabila orangtua tidak menunjukkan video game kepada anak sama sekali, tapi mereka akan tetap main berantem-beranteman dengan teman-temannya, menembak musuh yang tak terlihat dengan pistol mainan, atau bahkan main petasan yang nyatanya lebih berbahaya.

Jika diizinkan, berikanlah video game yang cocok untuk usia anak, yang bisa dilihat dari rekomendasi peringkat usia (rating). Apabila salah, katakanlah, orangtua mengizinkan anaknya yang berusia enam tahun untuk memainkan game horor seperti seri Doom dan Alien, maka tidak heran kalau dapat benar-benar memengaruhi jiwa seorang anak kecil, hingga menyebabkan mimpi buruk, gangguan tidur lain, bahkan ketakutan irasional.

Untuk mencegah anak meluncurkan game yang tidak sesuai dengan usianya, perlu peran orangtua untuk mengontrol video game apa yang boleh dimainkan dan tidak secara manual. Orangtua juga harus memeriksa konten dalam video game yang akan dimainkan oleh anak, jangan asal memberi atau mengizinkan.

Tidak kalah penting, selalu ingat, jika ingin membatasi akses ke video game kepada anak, lakukanlah dengan komunikasi yang baik dengan menjelaskan alasan tentang tindakan tersebut penting untuk dilakukan.

***

Oke, itulah sedikit pembahasan mengenai ketakutan orangtua terhadap bahaya video game, fakta dan solusinya. Disini, sebenarnya hal terpenting bukanlah melarang anak untuk bermain video game, tetapi lebih kepada menjaga mereka tetap aman dengan cara mengarahkan dan melakukan pembatasan dari koenten yang tidak sesuai dengan usia mereka.

Pada akhirnya, jika orangtua masih belum berani untuk mengizinkan anak untuk menyentuh video game, carikan alternatif permainan yang tidak kalah seru.

Posting Komentar untuk "Ketakutan Orangtua Terhadap Bahaya Video Game, Fakta, dan Solusinya"